Selasa, 15 Februari 2011

Seni Mengembangkan Kepribadian Anak

Telah banyak istilah seni yang digunakan untuk menyampaikan suatu ide, gagasan atau kreatifitas seseorang. Seperti halnya dengan seni mengembangkan kepribadian pada anak. Pada dasarnya kata “seni” memiliki makna yang luas, dan biasanya seni banyak digunakan untuk menyampaikan suatu bentuk atau makna tentang keindahan. Seperti seni lukis, seni patung, seni pertunjukan, seni tari, seni foto dll. Dalam salah satu cuplikan lagu Rhoma Irama yang berjudul Seni, dikatakan bahwa “Seni adalah bahasa, alat pemersatu bangsa, seni indah dan mulia, suci murni tiada dosa”. Artinya mengandung makna bahwa seni merupakan suatu bahasa komunikasi efektif yang mengandung makna keindahan pada diri setiap manusia.

Secara teori kata seni berasal dari kata “SANI” yang artinya “Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa”. Atau menurut kajian ilmu di Eropa mengatakan “ART” (artivisial) yang artinya adalah barang/ atau karya dari sebuah kegiatan. Pada awalnya seni diciptakan untuk kepentingan bersama/milik bersama. Dengan kata lain fungsi seni menjadi media ekspresi, dan setiap kegiatan bersenian adalah berupa kegiatan ekspresi kreatif, dan setiap karya seni merupakan bentuk yang baru, yang unik dan orisinil.

Sedangkan pengertian kepribadian dapat ditinjau dari berbagai aspek yaitu aspek kepribadian sehari-hari dan dan aspek kepribadian psikologi. Menurut E. Koswara dalam buku “teori-teori kepribadian” dikatakan bahwa kepribadian sehari-hari, menunjuk kepada bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya. Dan aspek kepribadian psikologis menurut George Kelly, seperti yang dikutip oleh E. Koswara, bahwa memandang kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.

Seni dan Kepribadian

Pada perkembangannya seni mengalami berbagai perubahan atau pembagian dan bersifat universal. Sehingga seni mampu berkembang sesuai dengan peradabannya. Diantara perkembangan tersebut, maka lahirlah berbagai cabang seni yang diyakini mampu memberikan suatu manfaat bagi lingkungan sekitar. Contonhnya seorang tokoh pemikir kesenian bernama Theodor Adorno membagi kesenian dalam seni rupa kedalam dua tingkatan yaitu “seni tinggi” untuk Seni Murni dan “seni rendah” untuk Seni Terapan atau Desain.

Karena menurutnya dalam seni tinggi seorang seniman tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal (kebutuhan pasar/bertujuan komersial) dalam menciptakan sebuah karya seni/murni ekspresi, sedangkan seni rupa rendah adalah seni yang dalam penciptaannya dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Adorno menganggap seni harus berbeda harus berbeda dengan benda lain (barang); ia harus mempunyai “sesuatu”. Sesuatu itu tidak sekedar menjadi sebuah komoditas. Karena sebuah karya atau benda yang sebagai komoditas akan menghancurkan semangat sosial, pola produksi barang yang menjadi komoditas adalah pola yang ditentukan dari atas oleh seorang produsen.

Sejak pertama kali manusia lahir ke muka bumi ini, manusia telah memilki darah kepribadian yang diturunkan oleh kedua orang tuannya. Kemudian kepribadian pada diri anak, tumbuh dan berkembang seiring dengan pertumbuhan usia pada diri anak. Kemampuan kepribadian pada diri anak-anak tidak akan jauh dari prilaku yang dicontohkan oleh kedua orang taunnya, seperti ada sebuah pepatah mengatakan “buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya” artinya bahwa perilaku pada diri anak sepenuhnya merupakan bagian perilaku dari orang tuanya. Karena seorang anak selalu meniru apa yang dilakukan oleh orang tua atau lingkungan sekitar.

Dalam konteks seni mengembangkan kepribadian anak tentunya fungsi seni disini sebagai suatu metode atau cara yang tepat untuk berkomunikasi yang efektif melalui pengenalan kepribadian pada diri anak-anak. Salah satu contoh, seorang anak akan menuruti apa yang diperintahkan oleh orang tua/gurunya apabila kita dapat memberikan contoh yang baik kepada anaknya/anak didiknya. Atau sebaliknya seorang anak tidak akan mematuhi peritah orang tua/gurunya apabila orang tua/ gurunya tidak memberikan contoh yang baik kepada anak/anak didiknya. Oleh karena itu supaya komunikasi kita dengan anak tidak monoton dan mereka mau menuruti/menghargai kepada orangtua/gurunya maka diperlukan seni pendekatan yang efektif untuk menunjang keberhasilan dalam mengembangkan kepribadian kepada anak/anak didiknya.

Menurut Sigmund Freud yang dikutip oleh E. Koswara dalam buku “Teori-teori kepribadian” dinyatakan bahwa kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga system, yakni Id, Ego, dan Super ego. Id adalah system kepribadian yang paling dasar, system yang didalamnya terdapat naluri-naluri bawaan dan menghasilkan berbagai dorongan dan hasrat yang menjadi penggerak kepribadian. Ego adalah system kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan (the reality principle) yaitu menjembatani dunia internal dengan realitas eksternal, dan Super ego adalah system kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk) serta memberikan kontribusi berupa panduan tentang nilai-nilai yang tidak boleh dilanggar, dan memberikan gambaran ideal yang perlu dicapai.