Rabu, 28 Juli 2010

Pariwisata Dalam Pandangan Fotografi



ABSTRAKSI
Keberadaan berbagai potensi objek wisata selama ini, telah menjadi mendorong sebagian kalangan untuk ikut andil dalam hal pengembangan pariwisata nasional, salah satunya adalah kalangan fotografer. Seorang fotografer akan memanfaatkan setiap momen atau kejadian tersebut kemudian direkam melalui kamera. Di mata fotografer tentunya setiap objek wisata memiliki daya tarik tersendiri, baik untuk keperluan dokumentasi pribadi/keluarga atau untuk tujuan berbagai pendukung informasi. Dalam pandangan fotografi, pengertian pariwisata berarti mengunjungi suatu tempat tertentu dengan melakukan serangkaian pemotretan. Upaya ini dianggap berhasil, karena selain mengunjungi objek-objek wisata, tetapi pulangnya sambil membawa foto hasil pemotretan. Sehingga dengan kegiatan wisata tersebut selain dapat menambah wawasan mengenai berbagai tempat objek wisata tetapi secara tidak langsung kita telah ikut mengembangakan program pariwisata nasional.
Pendahuluan
Komitmen pemerintah untuk memajukan dan menjadikan Indonesia sebagai daerah kunjungan wisata nasional telah dimulai dengan mencanangkan suatu program pariwisata nasional ”Visit Indonesian Year” atau tahun kunjungan wisata. Dengan pencanangan program tersebut diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan asing maupun domestik. Dan ternyata program pencanangan pariwisata nasional tersebut di sambut positif dan antusias oleh berbagai kalangan. Baik kalangan pemerintah daerah selaku pengelola objek wisata maupun kalangan penyedia jasa transportasi. Berbagai jenis objek wisata diperlihatkan dan ditawarkan, berbagai jenis jasa transportasi disediakan, baik jasa transportasi darat, laut maupun udara dengan tujuan agar mempermudah para pengunjung atau wisatawan mau datang dan berkunjung sambil menikmati berbagai objek wisata yang ada. Istilah Pariwisata menurut R.G Soekadijo (1995:2) adalah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan.
Sedangkan menurut A.J Burkat dan S. Medik dalam Tourism, Past, Present & Future mendefinisikan pariwisata sebagai perpindahan orang untuk sementara (dan) dalam jangkauan waktu pendek ke tujuan–tujuan di luar tempat mereka biasa hidup dan bekerja, dan kegiatan– kegiatan mereka selama di tempat tujuan itu. (Soekadijo : 1995). Pariwisata juga diartikan sebagai berbagai bentuk kegiatan wisata yang diwujudkan dalam berbagai macam kegiatan yang dilakukan wisatawan, yang didukung berbagai fasilitas dan pelayanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha dan pemerintah.
Keberadaan berbagai jasa transportasi sebagai media pendukung pariwisata tidak dapat dipisahkan, karena dengan layanan transportasai yang baik dan memadai diharapkan dapat meningkatkan jumlah pengunjung objek wisata. Sehingga para pengunjung objek wisata maupun para fotografer yang akan mengabadikan suatu moment atau kejadian harus merasa aman dan nyaman. Seperti halnya ketika kita atau sebagian orang akan menuju ke suatu tempat, contohnya ke Gunung Bromo di Jawa Timur tentunya diperlukan suatu sarana transpotasi yang memadai.
Dari semua kegiatan pariwisata tersebut, maka harapan para fotografer sebagai pencinta objek wisata dapat merasa aman, nyaman dalam perjalanan dan tenang dalam memotret. Dengan keberadaan berbagai objek wisata dan transportasi yang memadai, maka bagi para fotografer dapat mengabadikan seluruh kejadian atau moment melalui berbagai kegiatan wisata, seperti hunting foto atau berburu foto. Menurut R.M. Soelarko ”moment adalah saat-saat, dimana objek dapat berpindah tempat, berubah sikap, melakukan gerakan-gerakan tangan, kaki atau kepala yang masing-masing saat, berbeda dan membentuk posisi objek yang berlainan”. Dan keberhasilan suatu pemotretan ditentukan oleh moment yang tepat. Bahkan Henry Cartier Bresson mengatakan ” The Decisive Moment”, untuk menjelaskan bahwa, didalam suatu pemotretan peran moment sangat penting dalam menentukan suatu hasil pemotretan.
Wisata Fotografi
Pada dasarnya fotografi berasal dari dua buah suku kata yaitu foto dan grafi. Foto adalah sinar/cahaya sedangkan grafi adalah menulis atau melukis, jadi secara harfiah pengertian fotografi adalah menulis atau melukis dengan bantuan cahaya. sedangkan Pariwisata berasal dari dua suku kata bahasa Sansekerta, ‘pari’ yang berarti banyak atau berkali-kali dan ‘wisata’ yang berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata berarti serangkaian kegiatan wisatawan yang dilakukan di luar tempat ia hidup dan bekerja, bersifat sementara, yang didukung berbagai fasilitas dan pelayanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha dan pemerintah. Selain itu juga pariwisata dapat diartikan suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk kegiatan bersenang-senang atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Bila digabungkan kedua istilah maka akan ada istilah wisata fotografi. Mungkin istilah wisata fotografi bagi sebagian kalangan masih dianggap baru, karena biasanya kegiatan wisata pada umumnya dilakukan dengan mengunjungi objek-objek wisata tertentu bersama kerabat atau keluarga, yang kemudian diakhiri dengan foto bersama untuk keperluan dokumentasi foto.
Biasanya yang menjadi background pemotretan adalah ciri khas dari lokasi objek wisata tersebut, seperti pantai, gunung atau air terjun. Ada beberapa upaya pengenalan berbagai objek wisata dalam pandangan fotografi, yaitu pengenalan lokasi objek wisata secara langsung dan tidak langsung. Pengenalan lokasi objek wisata secara langsung biasanya adalah dengan cara mendatangi objek wisata atau tempat yang dituju, dengan melakukan serangkaian pemotretan yang dilakukan secara indivudu, bersama-sama atau kelompok untuk mengasilkan sebuah karya foto semenarik mungkin.
Dalam pandangan fotografi secara umum bahwa kegiatan pemotretan secara individual, bersama-sama atau kelompok biasanya disebut dengan istilah hunting foto atau berburu foto, dengan terlebih dahulu mempersiapkan dan menentukan daerah objek wisata foto yang akan dikunjungi dan alat transportasi yang akan digunakan. Selain itu juga seorang fotografer harus dibekali dengan pengetahuan dan penguasaan tetang teknik pemotretan, seperti pemilihan angle atau sudut pengambilan yang tepat, pemilihan lensa yang tepat, penentuan diafragma, pengaturan komposisi maupun teknik pencahayaan saat pemotretan agar kita dapat menghasilkan sebuah foto yang indah dan semenarik mungkin, enak dilihat dan yang terpenting bahwa karya foto tersebut memilki makna.
Sebuah karya foto yang menarik adalah suatu karya yang memiliki nilai estetis, komunikatif dan psikologis. Menurut Ferry Ardianto (fotografer professional) mengatakan foto yang bagus adalah foto yang informatif yang mencakup konteks, content , dan komposisi (tata letak dan pencahayaan).
Sedangkan pengenalan lokasi objek wisata secara tidak langsung biasanya melalui berbagai upaya promosi dengan melibatkan berbagai media, baik media cetak maupun elektronik yang dilakukan oleh pengelola atau pemilik objek wisata. Objek wisata fotografi yang biasa didatangi oleh sebagian kalangan fotografer untuk melakukan serangkaian pemotretan adalah suatu tempat objek wisata yang memiliki nilai sejarah atau objek tersebut dianggap menarik dan indah untuk di foto dan memiliki keunikan tersendiri.
Ada beberapa contoh objek wisata fotografi yang bisa dijadikan sebagai ajang pemotretan bagi para pemburu foto diantaranya adalah suatu tempat yang menarik dan indah atau bangunan yang memiliki nilai sejarah seperti bangunan Candi Borobudur di Jawa Tengah, Candi Prambanan, pantai Parang Tritis di Yogyakarta, atau aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta, panorama Gunung Bromo di Jawa Timur, Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Papandayan dan Gunung Galunggung di Jawa Barat, Pasar Terapung di Kalimantan, Tana Toraja di Sulawesi, danau Toba di Sumatra utara, pantai Kuta, Tanah Lot atau upacara prosesi pembakaran mayat/ngaben di Bali dan lain-lain.
Pameran Foto
Banyak hal yang dilakukan para fotografer setelah melakukan serangkaian pemotretan pada kegiatan hunting foto, ada yang menyimpan karya fotonya untuk dokumentasi pribadi, ada juga yang dijual untuk keperluan promosi wisata atau bahkan memajang karya-karya foto dalam suatu ajang kegiatan pameran foto, baik pameran fotografi tunggal atau pameran fotografi bersama. Tujuan dari pameran fotografi tiada lain adalah ajang pengenalan identitas diri dari seorang fotografer kepada masyarakat, yang dituangkan kedalam bentuk karya fotografi. Selain itu juga dengan adanya pameran fotografi masyarakat akan lebih mengenal lagi tentang objek-objek wisata berikut aktivitasnya.
Keberadaan ruang pameran atau galeri seni sangat diperlukan untuk mengapresiasi sebuah karya seni fotografi. Sehingga pada akhirnya para fotografer dapat memamerkan karya foto-fotonya malalui suatu kegiatan pameran foto. Selain itu juga keberadan galeri atau ruang pameran dapat memberi manfaat bagi para fotogreafer untuk menyampaikan ide, gagasan dan konsep yang dituangkan kedalam bentuk karya foto, selain itu juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung pameran, dan juga membantu pemerintah dalam hal program pengembangan pariwisata nasional. Semoga kegiatan-kegiatan pameran, khususnya fotografi mendapat perhatian yang lebih baik lagi dari pemerintah, dengan penyediaan ruang pameran yang lebih representatif. Hidup fotografi!
DAFTAR PUSTAKA
Mulia, Kayus. 2008. Soedjai Kartasasmita di Belantara Fotografi Indonesia. Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta & LPP Yogyakarta.
Soedjono, Soeprapto. 2007. Pot-Pourri Fotografi. Jakarta: Universitas Trisakti.
Soelarko, RM. 1982. Teknik Modern Fotografi. Bandung: PT. Karya Nusantara. Soelarko, RM. 1982. Fotografi Untuk Salon Dan Lomba Foto”. Bandung: PT. Karya Nusantara.
Soekadijo, R.G. Anatomi Pariwisata , PT Gramedia Pustaka Utama , Jakarta , 2000.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar